Kami tidak lebih hanya para musafir kecil. Berjalan Keluar masuk melewati jalan-jalan di belantara mazhab. Di sini berhati-hatilah, siapa saja bisa tersesat dan berputar-putar dalam kesia-siaan. Banyak papan nama, baik yang baru dipasang atau yang sudah lama ada. Memilih jalan ini begitu mudah dan bahkan membanggakan bagi siapa saja yang tidak teliti. Akhirnya yang kami pilih adalah jalan dengan 'papan nama' yang sudah ada sejak lama. Inilah jalan kami, jalan ahlu al-sunnah wa al-jama'ah, jalan konservative, jalannya para pendahulu yang telah merintis dan menempuh jalan estafet dari Rasulullah SAW. Adapun jalan dengan papan nama yang baru dipasang kami ucapkan selamat tinggal. Biarkan kami memilih jalan ini, jalan tradisi Islam turun temurun yang sambung menyambung sanad: murid dari guru, dari guru, dari guru.... dari salafuna Shalih, dari tabi'ut tabi'in, dari tabi'in, dari sahabat, dari rasulullah Saw.
Inilah jalan kami.... Ahlussunnah Waljama'ah


Shalawat Munjiyat

Shalawat Munjiyat



Menurut imam Dainuri, sholawat munjiyat ini sangat baik bila diamalkan secara sungguh-sungguh apabila seseorang sedang mengalami kesulitan. Seperti terancam bahaya alam berupa kekeringan, kelaparan, penyakit menular, serta apabila mempunyai keinginan atau cita-cita yang hendak dicapai...... hendaklah membaca Sholawat Munjiyat ini sebanyak mungkin pada setiap selesai mengerjakan sholat fardlu 5 waktu.

Sedangkan menurut Imam jazuli dan Syeikh Al-Buni mengatakan, apabila seseorang membiasakan diri membaca shalawat ini sebanyak 1000 kali pada waktu tengah malam, Insya Allah segala macam hajatnya akan terpenuhi, baik hajat di dunia maupun hajat diakherat kelak.

Berikut adalah bacaan sholawat munjiyat

ﺍﻠﻠﻬﻡ ﺼﻞﻋﻟﻰ ﺴﻴﺪ ﻧﺎﻣﺤﻣﺪ٬ ﺼﻼﺓ ﺘﻨﺠﻴﻧﺎ ﺒﻬﺎ ﻤﻥ ﺠﻤﻴﻊ ﺍﻷﻫﻮﺍﻞ ﻮﺍﻻﻓﺎﺖ٬ ﻮﺘﻘﻀﻰ ﻠﻨﺎ ﺒﻬﺎ ﻤﻥ ﺠﻤﻴﻊﺍﻠﺤﺎﺠﺎﺖ٬ ﻮﺘﻄﻬﺭﻨﺎﺒﻬﺎ ﻤﻥ ﺠﻤﻴﻊ ﺍﻠﺴﻴﺌﺎﺖ٬ ﻮﺘﺭﻔﻌﻧﺎ ﺒﻬﺎﻋﻧﺪ ﻚﺍﻋﻠﻰﺍﻠﺪ ﺮﺟﺎﺖ٬ ﻮﺘﺒﻠﻐﻧﺎ ﺒﻬﺎ ﺍﻘﺼﻰ ﺍﻠﻐﺎﻴﺎﺕ٬ ﻤﻥ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻠﺨﻴﺮﺍﺕ ﻔﻰﺍﻠﺤﻴﺎﺓ ﻮﺒﻌﺪ ﺍﻠﻤﻤﺎ ﺕ



versi Indonesianya :

“ Allohumma sholli ‘ala syaiyida muhammad
wa’ala ali syaiyidina muhammad
sholatan tunjina biha min jami’il ahwali wal afat
wataqdilana biha jami’il hajat
watutohhiruna biha min jami’is syai yiat
watarfa’una biha a’lad darojat
watuballi ghuna biha aqshol ghoyat
min jami’il khoiroti fil hayati waba’dal mamat”

artinya :

Wahai Tuhanku, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw dan keluarganya. Semoga dengan itu Engkau selamatkan kami dari segala macam bencana dan musibah, Engkau tunaikan segala hajat kami, Engkau hindarkan kami dari segala kejahatan, Engkau tingkatkan derajat kami, dan engkau sampaikan tujuan kami baik dalam hidup kami atau sesudah mati kami”.

Nampak tidak ada sedikitpun dari doa ini yang aneh. Tapi bagi golongan faham tertentu, doa ini sdh dianggap pintu murtad. Alasannya Aneh bin ajaib, yakni dianggap bahwa Nabi Muhammad dianggap sebagai Tuhan yang melepaskan orang dari marabahaya.

Bagi yang tidak pernah belajar nahwu (grammar) tentu akan ketakutan dituduh syirik begitu. Apalagi yang menuduh berpenampilan “sangat Islami” dengan jenggot beberapa lembar dan dahi yang hitam. Tidak heran bagi awam akan langsung ketakutan.

Padahal telah jelas di kalimat tersebut,

bahwa kata “tunjiina biha min jamiil ahwal” itu memiliki fiil “tunjiina” dan jar-majrur “biha”. “Tunjina” itu dari kata kerja yunjii (menyelamatkan) yang ber-fail (subject) Anta (Engkau), yg tak lain adalah Allah (yg disebut di “Allahumma” tadi).

Sedangkan “biha” adalah kata depan bi (dengan) ditambah ha (kata ganti muannats untuk kata shalawat yang sudah jelas muannats). Jadi maknanya adalah “dengan berkah dari membaca shalawat itu, semoga Engkau, Ya Allah, menyelamatkan kami dari marabahaya”.

Nah, dari analisa grammar ini, jelaslah bahwa pelaku (subject) dari “menyelamatkan” itu jelaslah kata “Engkau” (Allah SWT). Untuk itu tidak ada sedikitpun kemurtadan di sana. Justru dengan memohonnya langsung kepada Allah SWT dg diiringi bacaan shalawat itu, akan membuat doa jadi di-ijabahi oleh Allah SWT. Insya Allah dengan analisa ini, seorang muslim tidak akan mudah lagi dipermainkan oleh sekte radikal tersebut.

“Sarana dan tujuan” atau “wasilah dan ghayah”, seringkali tidak bisa dipahami dengan mudah oleh sekte radikal. Entah virus apa yang bercokol di hatinya hingga sedemikian kerasnya tidak mau menerima nasihat. Padahal telah mafhum, bahwa bila orang sakit pergi ke dokter itu, maka yang menyembuhkan adalah Allah SWT dan bukan dokter. Di sana dokter hanya sbg wasilah dan bukan ghoyah. Orang minum mixagrip kemudian flunya sembuh, maka bukanlah mixagrip yang menyembuhkannya, melainkan Allah SWT, dengan memakai perantara (wasilah) mixagrip. Demikian pula dengan shalawat yang menjadi wasilah atas terkabulnya doa oleh Dzat yang kita tuju yakni Allah SWT.

Untuk itu, mari kesampingkan segala ocehan sekte radikal tersebut, tidak usah dibuka websitenya yang penuh racun itu, agar kita semua, ummat Islam selamat di dunia hingga akhirat kelak. Amin ya rabbal aalamiin. Mari perbanyak membaca shalawat dan salam kepada Baginda Rasulullah SAW.

Wassalam.

4 komentar:

  1. Ketika manusia memohon kepada Allah, ungkapan yg dicetuskan biasanya melalui shalawat. Dari shalawat ini muncullah berbagai jenis lafadhnya. Semisal shalawat Nariyah ataupun Munjiyat, yakni sebut saja shalawat yg populer. Lepas dari pelaksanaannya sebagai sebuah ungkapan, menilik dari sisi keilmuannya, dari simi pula munculnya pandangan bid'ah atau sesuatu yg tidak diajarkan Rasulullah. Berdaya guna atau tidaknya shalawat (semisal dibaca 4.444 kali), agaknya sangat sulit dibuktikan secara visual. Bagaimana memastikan seseorang atau kelompok, lantaran mengucapkan shalawat bisa lepas dari bencana, atau memperoleh karunia. Berbeda dgn ketika seseorang lapar, namun setelah menkonsumsi makanan ia akan merasa kenyang. Dari sisi kesejarahan sendiri, pertempuran/perjuangan pada periode Madinah, kemenangan kaum muslimin dg orang kafirpun silih berganti. Semangat dan strategi sangat menentukan kalah dan menang, ada kalanya pasukan yang sedikit memenangkan peperangan, (Demikianlah Allah menggilirkan menang dan kalah sebagai ujian bagi manusia QS3:140)Itu kalau mengikuti Alquran. Sebaliknya bila Alquran juga sebagai sumber hadis, maka shalawat (=bentuk jamak dari shalat), adakah shalawat dala pengertian kita selama ini, cocok dengan shalawat yg dimaksud oleh Alquran?. Secara tegas Alquran surah 33 ayat 56, perintah shalawat kepada orang beriman itu terbatas kepada Nabi (Rasulullah SAW) saja. Lalu sejak kapan dikaitkan kepada keluarganya, para shahabatnya. Perjalanan sejarah agama telah subur dengan campur tangan manusia. Apalagi bila kita menyadari bahwa ilmu hadits telah mengalami berbagai perubahan/pergerakan (munculnya hadis shahih, dhaif, munkar dst)bahkan biasa terjadi seorang perawi menyatakan satu kasus yg berlawanan. Jadi ada baiknya bila setiap kasus (a.l. "shalawat" dikaji secara etimologi (asal kata, penggunaan dst). Perbedaan penggunaan semisal menurut Abu 'Aliyah bahwa kalau shalawat dari Allah artinya begitu, shalawat dari Malaikat begini, kemudian dari dari manusia begitu-begini, itu kan versi Abu 'Aiyah (plus dkk) Setidaknya, kalau masih mau menghargai hadis (sekalipun hadits itu masih tetap kontroversi) pergunakanlah shalawat yg standar. Mengucapkan shalawat "Allahumma shalli 'ala Muhammad" sudah mengikuti Alquran yg status hukumnya "mutlak" atau "Qath'i". Itupun kalau siap menghadapi komplen, Itu kan shalawat ketika Rasulullah masih hidup, kalau kalau Nabinya sudah meninggal? Ya, justru ketika nabinya sudah wafat itulah shalawat lebih rame. Boleh jadi kaum Syi'ah menyisipkan kata "Wa 'ala alihi wa dzurriyatihi" lantas kaum Sunni nimbrung dengan sisipan "wa shahbihi". Rame kan?.

    BalasHapus
  2. Terimakasih sudah di share sholawat ini, apapun perdebatan yang ada terkait sholawat ... tergantung dari ilmu dan wawasan orang terkait ... bagi saya sholawat adalah sesuatu yang indah akan terasa oleh orang yang hidup hatinya dilahirkan dari orang2x yang shalih para pewaris nabi yang mencintai Allah dan rasulnya ... shalawat memperkaya khazanah keislaman dan dapat menjadi alat untuk men-syiarkan nilai2x islami yang penuh dengan keindahan ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. amalan sunnah (dalam terminologi fiqh) kok diributkan. persatuan yang wajib!!!!

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Kumpulan Mahalul Qiyam MP3

Al Quran Online