Sejarah Penulisan Kitab Maulid Nabi saw
Dalam kitab Kasyf al-Dzunnun dikemukakan bahwa orang pertama yang menulis kitab perilaku kehidupan Nabi Muhammad saw dan uraian tentang kelahirannya ialah Muhammad bin Ishaq, wafat tahun 151 hijriyah. Dengan indah dan cemerlang ia menguraikan riwayat maulid Nabi saw serta menjelaskan berbagai manfaat yang dapat dipetik oleh kaum muslimin dari peringatan-peringatan maulid dalam bentuk walimah, sedekah dan bentuk kebajikan lain. Penulisan riwayat kehidupan Nabi saw kemudian diteruskan lagi pada zaman berikutnya oleh Ibnu Hisyam, wafat tahun 213 hijriyah.
Tidak diragukan lagi, dengan diterima dan dibenarkan penulisan kitab sejarah perilaku kehidupan Nabi saw oleh para ulama dan para pemuka masyarakat Islam itu, kaum muslimin tidak kehilangan informasi sejarah mengenai kehidupan dan perjuangan Nabi saw sejak beliau lahir hingga wafat. Tujuan memelihara kelestarian data sejarah itu disambut baik oleh para ulama, dan ini berarti bahwa para ulama membenarkan diadakannya peringatan maulid Nabi saw, sekurang-kurangnya setahun sekali pada bulan Rabiul Awal.
Imam Nawawi bahkan mensunnahkan peringatan maulid Nabi saw. Pendapat itu diperkuat oleh Imam al-Asqalany. Dengan dalil-dalil yang meyakinkan, Imam al-Asqalany memastikan bahwa menyambut hari maulid Nabi saw dan mengagungkan kemuliaan beliau mendatangkan ganjaran dan pahala bagi kaum muslimin yang menyelenggarakannya.
Imam Taqiyuddin al-Subki, telah menulis sebuah kitab khusus mengenai kemuliaan dan keagungan Nabi saw, bahkan ia menetapkan bahwa siapa yang datang menghadiri pertemuan untuk mendengarkan pembacaan riwayat maulid dan kemuliaan serta keagungan Nabi saw, akan memperoleh berkah dan ganjaran pahala.
Imam Ibnu Hajar al-Haitsami, menulis kitab khusus mengenai kemuliaan dan keagungan Nabi Muhammad saw. Ia memandang hari maulid Nabi saw sebagai hari raya besar yang penuh berkah dan kebajikan. Demikian juga Imam al-Thufi al-Hanbali yang terkenal dengan nama Ibnu al-Buqy, ia menulis sajak dan syair-syair bertema memuji kemuliaan dan keagungan Nabi Muhammad saw yang tidak dimiliki oleh manusia lain manapun juga. Tiap hari maulid para pemuka kaum muslimin berkumpul di rumahnya, kemudian minta kepada salah seorang di antara mereka supaya mendendangkan syair-syair al-Buqy.
Imam al-Jauzy al-Hanbali, mengatakan manfaat istimewa yang terkandung di dalam peringatan maulid Nabi saw ialah adanya rasa ketentraman dan keselamatan, di samping kegembiraan yang mengantarkan umat Islam kepada tujuan luhur. Dijelaskan pula bahwa orang-orang pada zaman Abbasiyah dahulu merayakan hari maulid Nabi saw dengan berbuat kebajikan menurut kemampuan masing-masing, seperti mengeluarkan sedekah dan lain sebagainya.
Imam al-Mujtahid Ibnu Taimiyah mengatakan, ‘Kemuliaan hari maulid Nabi saw dan diperingatinya secara berkala sebagaimana yang dilakukan oleh kaum muslimin, mendatangkan pahala besar, mengingat maksud dan tujuan yang sangat baik, yaitu menghormati dan memuliakan kebesaran Rasulullah saw.’
Menurut Ibnu Batutah dalam catatan pengembaraannya menceritakan kesaksiannya sendiri tentang kegiatan dan bentuk-bentuk perayaan maulid Nabi saw yang dilakukan oleh Sultan Tunisia Abu al-Hasan pada tahun 750 hijriyah. Ibnu Batutah berkata, bahwa sultan tersebut pada hari maulid Nabi saw menyelenggarakan pertemuan umum dengan rakyatnya dan disediakan hidangan secukupnya[1]. Beribu-ribu dinar dikeluarkan oleh sultan untuk menyediakan berbagai jenis makanan bagi penduduk. Ia mendirikan kemah raksasa sebagai tempat pertemuan umum itu. Dalam pertemuan itu dibacakan syair-syair yang berisi pujian kepada Nabi saw dan diuraikan pula riwayat kehidupan beliau saw.
Selain ulama zaman dahulu, pada zaman-zaman berikutnya hingga zaman belakangan ini, masih tetap banyak ulama yang menulis kitab-kitab maulid Nabi saw, di antaranya Sayid Muhammad Shalih al-Sahrawardi, yang menulis kitab maulid berjudul Tuhfah al-Abrar Fi Tarikh Masyru’iyat al-Hafl Bi Yaumi Maulid Nabi al-Mukhtar. Dalam kitab maulid ini penulis mengemukakan dalil-dalil meyakinkan tentang sahnya peringatan maulid Nabi saw sebagai ibadah yang sangat ditekankan (sunnah muakkadah) supaya kaum muslimin melaksanakannya dengan baik.
Di Indonesia, beredar pula kitab-kitab maulid yang sering dibaca oleh kaum muslimin seperti kitab maulid al-Barjanzi, maulid al-Diba’i, maulid al-Azab dan maulid Burdah. Di samping itu terdapat juga kitab-kitab maulid yang ditulis oleh ulama-ulama dari kalangan Alawiyin, seperti kitab maulid al-Habsyi, al-Masyhur, al-Atthas, al-Aidid dan lainnya. Di antara kiitab-kitab yang ditulis berkenaan dengan maulid Nabi saw :
1. Al-Imam al-Muhaddis al-Hafiz Abdul Rahman bin Ali yang terkenal dengan Abu al-Faraj Ibnu al-Jauzi (wafat tahun 597H), dan maulidnya yang masyhur dinamakan al-Arus.
2. Al-Imam al-Muhaddis al-Musnid al-Hafiz Abu al-Khattab Umar bin Ali bin Muhammad yang terkenal dengan Ibn Dahya al-Kalbi (wafat tahun 633H). Beliau mengarang maulid yang dinamakan al-Tanwir Fi Maulid al-Basyir al-Nadzir.
3. Al-Imam Syeikh al-Qurra’ Wa Imam al-Qiraat al-Hafiz al-Muhaddis al-Musnid al-Jami’ Abu al-Khair Syamsuddin Muhammad bin Abdullah al-Juzuri al-Syafi’e (wafat tahun 660H). Maulidnya dalam bentuk manuskrip berjudul Urfu al-Ta’rif bi al-Maulid al-Syarif.
4. Al-Imam al-Mufti al-Muarrikh al-Muhaddis al-Hafiz ‘Imaduddin Ismail bin Umar bin Katsir, penyusun tafsir dan kitab sejarah yang terkenal (wafat tahun 774H). Ibn Katsir menyusun kitab maulid Nabi saw yang telah ditahqiq oleh Dr. Solahuddin al-Munjid. Kemudian kitab maulid ini disyarahkan oleh al-’Allamah al-Faqih al-Sayyid Muhammad bin Salim Bin Hafidz, mufti Tarim, dan diberi komentar pula oleh al-Muhaddis al-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki, yang telah diterbitkan di Siria pada tahun 1387 hijriyah.
5. Al-Imam al-Kabir al-Syahir, Hafiz al-Islam Wa ‘Umdatuh al-Anam, Wa Marja’i al-Muhaddisin al-A’lam, al-Hafiz Abdul Rahim ibn Husain bin Abdul Rahman al-Misri, yang terkenal dengan al-Hafiz al-Iraqi (725 – 808 H). Kitab maulidnya dinamakan al-Maurid al-Hana.
6. Al-Imam al-Muhaddis al-Hafiz Muhammad bin Abi Bakr bin Abdillah al-Qisi al–Dimasyqi al-Syafie, yang terkenal dengan al-Hafiz Ibn Nasiruddin al-Dimasyqi (777-842 H). Beliau adalah ulama yang sejalan dengan Ibnu Taimiyah. Beliau telah menulis beberapa kitab maulid, antaranya:
- Jami’ al-Atsar Fi Maulid al-Nabi al-Mukhtar (3 Jilid)
- Al-Lafdzu al-Ra’iq Fi Maulid Khair al-Khalaiq.
- Maurid al-Sabiy Fi Maulid al-Hadi.
7. Al-Imam al-Muarrikh al-Kabir Wa al-Hafiz al-Syahir Muhammad bin Abdul Rahman al-Qahiri yang terkenal dengan al-Hafiz al-Sakhawi (831-902H) yang mengarang kitab al-Diya’ al-Lami’. Beliau telah menyusun kitab maulid nabi dan dinamakan al-Fakhr al-’Alawi Fi al-Maulid al-Nabawi.
8. Al-Allamah al-Faqih al-Sayyid Ali Zainal Abidin al-Samhudi al-Hasani, pakar sejarah dari Madinah al-Munawarrah (wafat tahun 911H). Kitab maulidnya dinamakan Al-Mawarid al-Haniyah Fi Maulid Khair al-Bariyyah.
9. Al-Hafiz Wajihuddin Abdul Rahman bin Ali bin Muhammad al-Syaibani al-Yamani al-Zabidi al-Syafie, yang terkenal dengan Ibn Dibai’e. beliau dilahirkan pada bulan Muharram 866H, dan meninggal dunia pada hari Jumaat, 12 Rejab 944H. Beliau menyusun kitab maulid yang amat masyhur dan dibaca di seluruh dunia (maulid Dibai’e). Maulid ini juga telah ditahqiq dan diberi komentar serta ditakhrijkan hadisnya oleh al-Muhaddis as-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki.
10. Al-’Allamah al-Faqih al-Hujjah Syihabuddin Ahmad bin Hajar Al-Haitsami (wafat tahun 974H). Beliau merupakan mufti Mazhab Syafie di Makkah al-Mukarramah. Beliau telah mengarang kitab maulid yang dinamakan Itmam al-Ni’mah ‘Ala al-’Alam Bi Maulid Saiyidi Waladi Adam. Selain itu beliau juga menulis satu lagi maulid yang ringkas, yang telah diterbitkan di Mesir dengan nama al-Ni’mat al-Kubra ‘Ala al’Alam Fi Maulid Saiyidi Waladi Adam.
Al-Syeikh Ibrahim al-Bajuri pula telah mensyarahkannya dalam bentuk hasyiah yang dinamakan Tuhfah al-Basyar ‘Ala Maulid Ibn Hajar“
11. Al-’Allamah al-Faqih al-Syaikh Muhammad bin Ahmad al-Sarbini al-Khatib (wafat tahun 977H). Maulidnya dalam bentuk manuskrip sebanyak 50 halaman, dengan tulisan yang kecil tetapi boleh dibaca.
12. Al-’Allamah al-Muhaddis al-Musnid al-Faqih al-Syaikh Nuruddin Ali bin Sultan Al-Harawi, yang terkenal dengan al-Mula Ali al-Qari (wafat tahun 1014H) yang mensyarahkan kitab al-Misykat. Beliau telah mengarang maulid dengan judul al-Maulid al-Rawi Fi al-Maulidi al-Nabawi. Kitab ini juga telah ditahqiq dan diberi komentar oleh al-Muhaddis al-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki.
13. Al-’Allamah al-Muhaddis al-Musnid al-Sayyid Ja’far bin Hasan bin Abdil Karim al-Barzanji, Mufti Mazhab al-Syafi’e di Madinah al-Munawarah. Beliau merupakan penyusun maulid yang termasyhur yang digelar Maulid al-Barzanji. Sebahagian ulama menyatakan nama asli kitab tersebut ialah Iqd al-Jauhar Fi Maulid al-Nabiy al-Azhar.
14. Al-’Allamah Abu al-Barakat Ahmad bin Muhammad bin Ahmad al-’Adawi yang terkenal dengan al-Dardiri (wafat tahun 1201H). Maulidnya yang ringkas telah dicetak di Mesir dan terdapat hasyiah yang luas dari Syeikh al-Islam di Mesir, al-Allamah al-Syeikh Ibrahim bin Muhammad bin Ahmad Al-Bajuri (wafat tahun 1277H)
15. Al-Imam al-’Arif Billah al-Muhaddis al-Musnid al-Sayyid al-Syarif Muhammad bin Ja’far al-Kattani al-Hasani (wafat tahun 1345H). Maulidnya berjudul al-Yumnu Wa al-Is’ad Bi Maulid Khar al-’Ibad dalam 60 halaman, telah diterbitkan di Maghribi pada tahun 1345H.
16. Al-’Allamah al-Muhaqqiq al-Syeikh Yusuf al-Nabhani (wafat tahun 1350H). Maulidnya dalam bentuk susunan bait dinamakan Jawahir al-Nazm al-Badi’ Fi Maulid al-Syafi’, diterbitkan di Beirut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar