Kami tidak lebih hanya para musafir kecil. Berjalan Keluar masuk melewati jalan-jalan di belantara mazhab. Di sini berhati-hatilah, siapa saja bisa tersesat dan berputar-putar dalam kesia-siaan. Banyak papan nama, baik yang baru dipasang atau yang sudah lama ada. Memilih jalan ini begitu mudah dan bahkan membanggakan bagi siapa saja yang tidak teliti. Akhirnya yang kami pilih adalah jalan dengan 'papan nama' yang sudah ada sejak lama. Inilah jalan kami, jalan ahlu al-sunnah wa al-jama'ah, jalan konservative, jalannya para pendahulu yang telah merintis dan menempuh jalan estafet dari Rasulullah SAW. Adapun jalan dengan papan nama yang baru dipasang kami ucapkan selamat tinggal. Biarkan kami memilih jalan ini, jalan tradisi Islam turun temurun yang sambung menyambung sanad: murid dari guru, dari guru, dari guru.... dari salafuna Shalih, dari tabi'ut tabi'in, dari tabi'in, dari sahabat, dari rasulullah Saw.
Inilah jalan kami.... Ahlussunnah Waljama'ah


Manaqib Al Habib ali bin Husein Al-Attas (Habib Ali Bungur)


Habib ali bin Husein Al-Attas, yang lebih dikenal dengan sebutan Habib Ali Bungur, beliau memiliki jasa yang sangat besar dalm menorehkan jejak dakwah dikalangan masyarakat Betawi.
Nasab beliau: Habib Ali bin Husen bin Muhammad bin Husein bin Ja`far bin Muhammad bin ali bin Husein bin Al Habib Al Qutub Umar bin Abdurrahman Al Attas bin Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman Assaqof bin Muhammad Mauladawilah bin Ali bin Muhammad Sahib Mirbath bin Ali Khala` Qasam bin alwi bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al `Uraidhi bin Ja`far Ash-Shadiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah Azzahra binti Rasulullah SAW.

Beliau lahir di Huraidhah, Hadramaut, 1 Muharam 1309 H, bertepatan dengan 1889 M. Semenjak usia 6 Tahun beliau belajar berbagai ilmu keislaman Kepada para ulama dan auliya yang hidup di Hadramaut saat itu. Sebagaimana jejak langkah generasi pendahulunya, setelah mendalami agama yang cukup di Hadramaut, pada tahun 1912 M, beliau pergi ketanah suci untuk menunaikan ibadah haji serta berziarah ke makam datuk nya Rasulullah SAW di Madinah., disana beliau menetap di Makkah. Hari-Hari beliau dipergunakan untuk menimba ilmu Kepada para ulama yang berada di Hijaz. Setelah 4 tahun beliau kembali ke Huraidhah dan mengajar disana selama 3 tahun. (Tak banyak sejarawan yang menulis perjalanan beliau hinga kemudian tiba di Jakarta). Guru beliau setelah menetap di Jakarta: Al Habib Abdullah bin Muhsin Al Attas(Empang, Bogor), Al Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al Attas (Pekalongan), Al Habib Muhammad bin Idrus Al Habsy (Surabaya) dan Al Habib Muhammad bin Ahmad Al Muhdor (Bondowoso).

Di daerah Cikini beliau tinggal, sebuah kampung yang masyarakatnya hidup dibawah garis kemiskinan, beliau tinggal bersama-sama rakyat jelata dan setiap orang yang menganal beliau akan berkata “Hidupnya sederhana, tawadhu`, teguh memegang prinsip, menolak pengkultusan manusia, berani membela kebenaran, mendalam dibidang ilmu pengetahuan, luas dalam pemikiran, tidak membedakan antara kaya dan miskin, mendorong terbentuknya Negara Indonesia yanga bersatu, utuh serta berdaulat, tidak segan-segan menegur para pejabat yang mendatannginya da selalu menyampaikan agar jurang pemisah antara pemimpin dan rakyat dihilangkan dan rakyat mesti dicintai”. Hal inilah yang menyababkan rakyat mencintai Al Habib Ali bin Husein Al Attas. Semasa hidupnya beliau tak pernah berhenti dan tak kenal lelah dalam berdakwah. Salah satu karya terbesar beliau adalah “Tajul A`ras fi Manaqib Al Qutub Al Habib Sholeh bin Abdullah Al Attas”, sebuah kitab sejarah para ulama Hadramaut yang pernah beliau jumpai, dari masa penjajahan Inggris di Hadramaut hingga sekilas pejalanan para ulama Hadramaut ke Indonesia. Buku itu juga berisi beberapa kandungan ilmu Tasawuf dan Thariqah Alawiyah. Semasa hidupnya Habib Ali selalu berjuang membela umat, kesederhanaan serta Istiqamahnya dalam mempraktekkan ajaran islam dalam kehidupan sehari- hari menjadi tauladan yang baik bagi umat. Beliau selalu mengajarkan dan mempraktekkan bahwa islam mengajak umat dari kegelapan pada cahaya yang terang, membawa dari taraf kemiskinan Kepada taraf keadilan dan kemakmuran.
Pada 16 Februari 1976, jam 06:10 pagi, Habib Ali bin Husein Al Attas wafat dalam usia 88 tahun, beliau dimakam pada 17 Februari 1976, di pemakaman Al Hawi, Condet, Cililitan, Jakarta Timur.

1 komentar:

  1. Assalamu'alaikum.wr.wb
    Artikel yang sangat menarik sekali.
    minta izin copas.sukron
    hatur nuhun

    BalasHapus

Kumpulan Mahalul Qiyam MP3

Al Quran Online